Tapak Dara

Banyak tanaman liar yang indah dan bisa dijadikan tanaman hias. Salah satunya adalah tanaman tapak dara. Bahkan tanaman ini juga bermanfaat sebagai obat. Seperti apa sih, tanaman tapak dara ini?

Tanaman tapak dara tergolong tanaman perdu. Ada yang tumbuh liar, ada pula yang sengaja dipelihara. Konon, asal tanaman tapak dara adalah Madagaskar, Afrika. Tapi ada juga yang menyebutnya berasal dari Amerika. Yang jelas, tanaman ini sudah menyebar ke berbagai daerah tropik di dunia, termasuk Indonesia.

Nama ilmiah tanaman ini adalah Catharanthus roseus. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama. Seperti ; Sindapor (Sulawesi), Kembang Tembaga (Sunda) dan Kembang tapak dara (Jawa). Orang Malaysia mengenalnya sebagai kemunting cina, pokok kembang sari cina, atau pokok ros pantai. Di Filipina, ia dikenal sebagai tsitsirika. Di Vietnam dikenal sebagai hoa hai dang. Di China disebut Chang Chun Hua. Di Inggris dinamakan rose periwinkle atau Madagascar periwinkle. Di Belanda disebut Soldaten Bloem.

 Tinggi tanaman tapak dara antara 20 – 100 cm. Batangnya berkayu, berbentuk bulat dengan diameter kecil, beruas, bercabang dan berambut.

Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau dan tersusun menyirip berselingan. Panjang daunnya sekitar 2 – 6 cm, dengan lebar 1 – 3 cm. Tangkai daunnya sangat pendek. Batang dan daunnya mengandung getah/lateks berwarna putih.

Bunganya berwarna cerah, ada yang putih, ada pula yang berwarna merah muda. Bunga tumbuh dari ketiak daun. Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet, dan ujungnya melebar. Tepi bunga datar. Tapak dara memiliki rumah biji yang berbentuk silindris menggantung pada batang.

Buahnya berbentuk silindris, berujung lancip, berbulu, dengan panjag sekitar 1,5 – 2,5 cm, dan memiliki banyak biji. 

Tanaman tapak dara tak hanya indah untuk hiasan, tapi juga berguna sebagai tanaman obat. Tapak dara dapat mengatasi keluhan pada penderita kanker, leukemia dan diabetes.